Kamis, 3 Juni 2010 | 03:22 WIB Diskusi Komisi A pada simposium nasional ”Restorasi Indonesia”, Rabu (2/6), menyiratkan pertanyaan, apakah Nasional Demokrat atau Nasdem akan jadi partai politik atau tidak? Saiful dari Kabinet Indonesia Muda mempertanyakan, apa yang dimaksud Nasdem dengan restorasi. ”Apakah ini akan menihilkan reformasi?” Ada juga yang mempertanyakan, apakah Nasdem hanya kumpulan orang-orang sakit hati, seperti dilontarkan Farhan Suhada, peserta diskusi. Di samping banyak pertanyaan, juga banyak harapan. Intinya, mereka sudah bosan dengan politik uang dan sepak terjang partai yang ”sakit”. ”Kalaupun Nasdem jadi partai, jangan seperti partai yang ada sekarang. Atau, kalau tidak jadi partai, hendaknya memberikan pengaruh positif,” kata Cut, peserta lainnya. Ada lagi yang menyarankan agar Nasdem menjual konsep ”antikorupsi” yang akan didukung banyak pemilih. Pertanyaan untuk Nasdem memang hanya satu: apakah akan jadi partai? Bahkan, di hari pertama simposium pun, para peserta sudah mempertanyakan, untuk apa lagi diskusi? Wacana sudah terlalu banyak, inilah saatnya untuk mengeksekusi. Dalam percakapan dengan Ketua Umum Nasdem Surya Paloh seusai pembukaan simposium, terkuaklah strategi mantan calon ketua umum Partai Golkar ini. ”Kalau ingin bikin parpol, kami ingin yang kuat dan menang,” katanya. Bagaikan menangani produk, Nasdem kini menggalang penyadaran publik. Banyaknya kekecewaan masyarakat terhadap sepak terjang politisi dan parpol justru jadi peluang. Ini langkah berani mengingat hampir semua partai di Indonesia memiliki basis massa tradisional, kecuali Partai Demokrat. Menurut informasi, Nasdem telah mengeluarkan kartu anggota ke-27.000 pada minggu lalu. Ukurannya massa Bagi Surya Paloh, ukurannya jelas, yaitu massa. Sambil menggalang wacana, ia akan menggalang massa. Targetnya, setahun sebelum pemilu, keanggotaan sudah harus mencapai 10 juta orang. Nasdem juga akan melakukan survei dan referendum setahun sebelum pemilu. ”Agar bisa diukur, kami akan jadi parpol atau enggak. Kalau tidak kuat, akan percuma saja,” kata Surya Paloh. Sejak awal, Nasdem dihadiri berbagai tokoh, seperti Sultan Hamengku Buwono X, Surya Paloh, Syafii Maarif, Khofifah Indar Parawansa, dan Siswono Yudo Husodo. ”Kami meraih massa dengan mencari kesamaan visi atas kondisi negara. Memang itu elitis,” kata Siswono. Masalahnya, selama ini jualan visi itu belum terbukti bisa merajai ”pasar pemilih” yang lebih suka produk pencitraan. Kalau target Nasdem tidak tercapai? ”Kami ingin mewarnai. Demokrasi itu di tangan rakyat. Namun, elite politiklah yang berperan. Nasdem akan jadi organisasi pemikir,” kata Siswono.(EDN)
Akankah Menjadi Partai Politik?
- Detail
- Kategori: Berita
- Ditulis oleh Administrator
- Dilihat: 3187

 
	 
	

